Kamis, 17 November 2011

JAMU CEKOK KULON KERKOP

Get the flash player here: http://www.adobe.com/flashplayer


Meski ilmu pengobatan di zaman sekarang sudah canggih, namun masih banyak masyarakat memilih cara tradisional untuk mengobati anaknya. Setidaknya, itulah yang terlihat di warung Jampi Asli Kulon Kerkop yang berada di jalan Brigjen Katamso 132, Jogjakarta.

Sejak pukul 06.00 hingga 19.30, satu persatu warga mulai datang untuk mencekok anaknya di warung yang didirikan alm Kertowiryo Raharjo pada 1875 itu. Mereka percaya ramuan jamu Cekok bikinan Zaelali (78) tersebut mampu menumbuhkan nafsu makan anak.

Tak hanya itu saja, jamu yang terbuat dari campuran Temulawak, Lempuyang Emprit, Brotowali, Temu Ireng serta Pepaya tersebut juga diyakini mampu membunuh cacing dalam perut anak.

Istilah Cekok sendiri dalam bahasa Indonesia berarti meminumkan jamu secara paksa kepada anak. Biasanya, jamu cekok disajikan dengan dibungkus kain sebelum dijejalkan dan diperas ke dalam mulut si anak. "Pemaksaan" itu harus dilakukan karena rasa jamu Cekok sangat pahit dan biasanya tidak disukai anak-anak.

Untuk satu paket jamu Cekok di warung yang terletak di sebelah barat bangunan bekas (kuburan(Kerkhof; Belanda, sekarang menjadi Purawisata) itu hanya Rp. 3.000,-. Menurut Zaelali, ia tidak mengambil keuntungan besar dari usahanya itu. Hanya Rp. 300,- saja untuk setiap bungkusnya. Sebab, bagi Zaelali, usahanya bisa jalan saja sudah cukup. Apalagi, dia juga ingin membantu anak-anak yang sakit lewat obat tradisional dan sekaligus semata-mata untuk melestarikan warisan nenek moyangnya.

3 komentar:

  1. saya masih mengalami era cekok itu

    BalasHapus
  2. @M.Faizi: hehehe....sama,ane juga musti nangis sambil teriak-teriak !!

    BalasHapus
  3. kok nggak ada yang baru lagi pak guru?

    BalasHapus