Jumat, 03 September 2010

Tadarus#2


Seorang pengunjung tengah membaca Al Quran di dalam masjid Ampel, Surabaya. Pada sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan ummat muslim memperbanyak ibadah seperti iktikaf di masjid dengan membaca ayat-ayat suci Al Quran.

Kamis, 19 Agustus 2010

Tadarus


Seorang lelaki tengah membaca Al Quran di masjid Al Akbar, Surabaya. Ibadah yang satu ini banyak kita jumpai di surau-surau dan masjid selama bulan suci ramadhan.

JK


Ketua umum PMI pusat Jusuf Kalla saat memberikan sambutan pada acara peresmian gerai unit donor darah (UDD) di Tunjungan Plasa 2 lantai LG, Selasa (18/8).

Minggu, 20 Juni 2010

Sang Gitaris


Bayangan dari gitaris band asal prancis, Miliana Band yang beraksi dalam pertunjukan musik yang digelar di kebun belakang CCCL Surabaya, jumat (18/6).

Selasa, 02 Maret 2010

Minggu, 14 Februari 2010

Inside Hong Tiek Hian



Tipis-tipis asap putih mulai beterbangan di udara. Dalam sekejab saja wewangi hio telah menyebar ke seluruh ruangan di dalam klenteng Hong Tiek Hian yang berada di jalan Dukuh, Surabaya.

Siang itu, sejumlah umat Kong Hu Cu tengah khusuk melakukan sembahyang, mengharap keberkahan dan keberuntungan menjelang tahun macan.
Pada saat yang sama, dari dalam sebuah ruangan berukuran 4x4 meter, terdengar suara-suara gembreng, tambur dan bek to yang dipadu dengan gesekan erhu untuk mengiringi pertunjukan wayang potehi.

Potehi berasal dari bahasa mandarin. Kata poo berarti kain, tay yang berarti kantung, dan hie berarti wayang atau boneka. Dalam kebudayaan masyarakat etnis Tionghoa, wayang potehi tak hanya dipandang sebagai seni pertunjukan belaka, namun juga memiliki fungsi sosial dan ritual. Karena itu, biasanya, seorang dalang yang memainkan satu lakon wayang potehi di dalam klenteng baru bisa menuntaskan ceritanya setelah berhari-hari, bahkan bisa sampai satu setengah bulan.

"Wayang potehi yang dimainkan di dalam kelenteng ini merupakan pertunjukan untuk para dewa, jadi kami tetap akan memainkannya meski tidak ada yang menonton sama sekali," terang Sukar Mudjiono, 49 tahun, seorang dalang yang menyukai potehi sejak kecil.









Selasa, 05 Januari 2010

Suramadu Oh Suramadu

Jika ada yang tidak tahu seperti apa jembatan Suramadu itu (meski ini akan terdengar aneh), berikut ini adalah beberapa foto Suramadu yang saya ambil sejak 24 Oktober 2008 hingga 12 Desember 2009. Foto ini sekaligus menjadi catatan kecil yang ingin saya bagi pada pengunjung blog ini, tentang perjalanan jembatan sepanjang 5.438 meter itu dari tahun ke tahun.

Memang foto-foto ini tidak banyak bercerita layaknya sebuah foto story, namun bagi saya foto-foto ini setidaknya menjadi semacam bahan renungan bagi kita semua, bahwa kita sebagai pribadi ataupun bangsa selayaknya menyukuri dan merawat segala yang ada dan menjadi kepunyaan kita.

Tanpa banyak kata lagi, akhir kalam, Selamat Menikmati.


Pengerjaan Steel Box Girder (SBG) atau bentang tengah suramadu yang menjadi penghubung sisi jalan dari Surabaya-Madura, Jumat (24/10/2008).


Pemandangan suramadu di pagi hari. Meski langit mendung, namun kondisi itu tidak mengurangi indahnya Suramadu, Rabu (22/4/2009).


Suasana Suramadu yang semakin indah ketika lampu-lampu mulai menyala di malam hari, Selasa (21/4/2009).


Dua orang sahabat tengah asyik berbincang menikmati pagi di lokasi jembatan Suramadu, Kamis (9/7/2009).


Refleksi Suramadu dari sebuah tambak di jalan Tambak Wedi, Surabaya, Rabu (30/9/2009).


Suasana Suramadu yang terlihat gelap dan terkesan menyeramkan di malam hari akibat padamnya aliran listrik di jembatan itu, Sabtu (12/12/2009).