Kamis, 15 Januari 2009

Sarkam; warung kopi yang tak pernah sepi

Keberadaan masjid dan makam sunan Ampel ternyata membawa berkah rezeki bagi masyarakat yang tinggal dan berjualan di jalan serta perkampungan di sekitarnya. Sejumlah warung bahkan pedagang kaki lima dengan hidangan aneka makanan dan minumannya menghiasi hampir setiap ruas jalan menuju pelataran masjid dan makam sunan Ampel. Sarkam adalah salah satunya. Warung yang terletak di kompleks pertokoan pasar Ampel itu tak pernah sepi dikunjungi pembeli. Mereka yang datang bahkan rela antri setelah menempuh jarak yang jauh demi menikmati secangkir kopi. Ya, itu karena menu utama warung yang satu ini berupa secangkir kopinya yang khas.

Warung sarkam didirikan pertama kali oleh Alm.Abu Sofyan pada tahun 1957. Saat itu warung kopi sarkam berdiri di tepi jalan Nyamplungan tepat di depan lokasi Pasar Ampel yang kini telah berubah menjadi lahan parkir. Nama sarkam merupakan singkatan dari pasar kambing. Lokasi warung yang sejak dulu memang bersebelahan dengan pusat pasar daging kambing itulah yang kemudian membuat warung ini terkenal dengan sebutan warung sarkam.

Kualitas serta cita rasa kopinya yang terjaga membuat warung kopi ini tetap bertahan dari tahun ke tahun. Sajian secangkir kopi buatannya selalu mendapat tempat di hati para pecandu minuman berkafein itu. Sejumlah pelanggannya bahkan rutin mendatangi warung yang kini diteruskan oleh keempat putera Alm. Abu Sofyan itu. “Saya sudah 13 tahun langganan kopi di sini. Kopinya enak dan cocok buat saya,” kata Luthfi, warga Nyamplungan 9 yang setiap hari mendatangi warung sarkam dengan bersepeda.

Kopi sarkam bisa dipesan sesuai porsi permintaan. Untuk ukuran gelas kecil harganya cuma 1000 rupiah, sedangkan untuk ukuran gelas tanggung dan besar masing-masing seharga 1500 dan 2000 rupiah saja. Selain dapat dihidangkan seperti layaknya kopi biasa, kopi sarkam juga dapat disajikan dengan dicampur ramuan Ma’jun – ramuan yang terbuat dari campuran jahe, madu, dll - yang konon bisa meningkatkan kesehatan dan kejantanan kaum pria. Menu khas lainnya dari warung ini adalah sum-sum kambing yang juga berkhasiat menambah vitalitas para lelaki. Namun menu sum-sum kambing ini hanya tersedia di pagi hari.


Karena ke-khas-an rasa dan suasana warung yang selalu ramai itu tak heran jika seorang penulis dan fotografer asal Singapura, Zhuang Wubin pernah tiga kali singgah untuk mencicipi kopi khas bikinan sarkam. “I like the coffee, it’s good,” tuturnya pada suatu malam dengan logat Mandarinnya yang masih kental.


Aanda penasaran? Karena itu tidak ada salahnya jika suatu hari anda jalan-jalan ke taman wisata religi masjid dan makam sunan Ampel, menyempatkan diri untuk mampir dan mencicipi kopi dan hidangan khas warung sarkam ini.



Sejumlah pengunjung menunggu pesanan kopi di warung sarkam. Rata-rata penghasilan warung ini mencapai 400 hingga 500 ribu rupaih dalam setiap harinya.



Beberapa gelas kopi sarkam yang diaduk hingga berbusa. Bentuknya yang menyerupaicapucino serta rasanya yang khas membuat warung ini tak pernah sepi dikunjung pembeli.



Amrozi 33, (kiri atas) meracik kopi pesanan pelanggannya. Foto diambil dari dalam pasar daging kambing. Lokasi warung yang memang bersebelahan dengan pasar daging kambing membuatnya terkenal dengan sebutan warung sarkam (singkatan dari pasar kambing).





Tulisan arab yang menjadi identitas pasar ampel yang terletak di jalan Nyampungan, Surabaya.




Muis (28), salah satu putera Abu Sofyan. Ia dibantu dengan 7 saudaranya kini meneruskan usaha warung kopi yang telah dirintis sejak 1957.





Sejumlah pelanggan sarkam memadati bangku yang sebagian besar terbuat dari kayu jati.Kayu-kayu itu didapatkan dari wanita yang sedang hamil . Menurut kepercayaan sebagian orang Jawa, segala sesuatu yang dibeli dari wanita yang sedang hamil konon akan membawa keberuntungan bagi pemiliknya




Luthfi (31), salah seorang warga Nyamplungan 9 yang sudah 13 tahun berlangganan kopi di warung sarkam.






Sejumlah pelanggan sarkam memanfaatkan trotoar jalan karena bangku yang disediakan warung sudah tidak muat untuk menampung pembeli yang datang.

Senin, 12 Januari 2009

Untuk Palestina

Sejumlah warga di jalan Sasak, Surabaya, membuka posko untuk menggalang dana bagi korban peperangan di Palestina, Sabtu (10/1). Saat dikonfirmasi posko yang telah dibuka sejak lima hari yang lalu itu telah menghimpun dana 17 juta rupiah. Sebagian besar dana itu merupakan sumbangan dari para pengguna jalan yang melintasi di daerah itu.