Senin, 30 Maret 2009

Para Wali Di Pesisir Pantai Kenjeran

Semilir angin berhembus menyelingi debur ombak yang bergemuruh menghantami bebatuan di sepanjang pesisir pantai Kenjeran. Dari dalam sebuah bangunan, sayup-sayup terdengar suara lantunan ayat-ayat suci Al-Quran. Di ujung timur kota Surabaya itu, tepatnya kampung Nambangan, dua orang waliyullah, Syekh Umar Sumbawa dan KH Hasbullah, telah dikebumikan.

Syekh Umar sendiri adalah seorang saudagar kaya dan sekaligus penyebar agama Islam di Sumbawa pada abad 18. Jasad Syekh Umar ditemukan oleh para nelayan mengambang dan terdampar di pesisir pantai Kenjeran. Mereka kemudian mencoba mengembalikan jasad itu ke tangah laut hingga empat kali. Namun entah kenapa jasad itu kembali lagi ke bibir pantai.

KH Hasbullah yang mengetahui kejadian itu kemudian mengatakan kepada para nelayan, bahwa jasad yang mereka temukan itu minta dikebumikan di wilayah itu. Karena peristiwa itulah kampung para nelayan yang terletak di pesisir pantai Kenjeran itu dinamai Nambangan.

Karamah yang dimiliki kedua waliyullah ini masih bisa dirasakan hingga sekarang, setidaknya bagi masyarakat yang tinggal di kampung Nambangan. Karenanya, tak heran jika setiap harinya ada saja orang datang berziarah.

Para peziarah itu bukan mengharap kebahagiaan materi, tetapi barokah sang wali dan ketentraman hati. “Saya sudah seminggu lebih di sini, untuk mengharap barokah para wali dan membersihkan hati,” kata Syamsul (26), peziarah asal Demak, Jawa Tengah, yang telah seminggu lebih berada di lokasi makam.



Pintu gerbang menuju makam waliyullah Syekh Umar Sumbawa dan KH Hasbullah.



Bangunan yang menjadi tempat salat (mushalla) bagi para peziarah sekaligus lokasi makam Syekh Umar Sumbawa dan KH Hasbullah.



Sebuah puing bekas menara pengintai yang dibangun oleh pemerintah Belanda pada masa penjajahan.



Seorang peziarah membaca syi'ir yang senantiasa dibaca ketika berziarah ke makam Syekh Umar Sumbawa dan KH Hasbullah.



Makam Kedua Waliyullah Syekh Umar Sumbawa dan KH Hasbullah.



Syamsul (26), peziarah asal Demak, Jawa Tengah, yang telah seminggu lebih berada di makam untuk berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, Sang Pencipta Alam Semesta.


Sejumlah peziarah memanfaatkan cahaya lilin sebagai penerangan pada malam hari. Lokasi makam yang temaram membuat sejumlah peziarah itu bertambah khusuk dalam berdzikir.