Minggu, 06 Januari 2013

Balada Mainan Tradisional

Get the flash player here: http://www.adobe.com/flashplayer
Tangan-tangan renta itu masih cekatan melipat atau menggunting kertas-kertas bekas untuk dibentuk menjadi mainan. Meski sesekali jari-jari itu terlihat gemetar, namun satu persatu mainan selesai dibuat. Di dusun Pandes, desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul DIJ mainan-mainan tradisonal seperti Kitiran, Wayang Kertas, Angkrek, Klontongan, Kurungan, Payungan dan Otok-otok masih lestari. Meski gempuran permainan modern terus datang bertubi-tubi dan tak dapat dibendung lagi, para perajin uzur di dusun tersebut masih saja terus berkarya. Mereka adalah Mbah Karto Utomo, Mbah Rejo Utomo, Mbah Atemo Wiyono, Mbah Joyo Sumarto, Mbah Suwardiyono dan yang paling muda adalah Aminah yang berusia separuh abad dari nama-nama sebelumnya. Mainan-mainan tersebut dibandrol mulai Rp 1.000 hingga Rp 3.500 rupiah. Jika pada usia muda dulu mereka mampu menjualnya keliling dengan bersepeda, kini mereka menggantungkan pada sekolah-sekolah yang kebetulan berkunjung ke Pojok Budaya dan membeli karya mereka di dusun itu. Hambatan ekonomi seringkali memang mengalahkan tradisi. Mungkin karena itulah anak-anak mereka enggan untuk melanjutkan usaha membuat mainan tradisional. ‘Membuat mainan seperti ini kalau zaman sekarang tidak bisa untuk mencukupi hidup sehari-hari. Anak-anak sekarang tentu lebih memilih bekerja di pabrik atau menjadi karyawan,” ujar Mbah Atemo dengan bahasa Jawa.